9sj3mb6ara83kgxzknk6.gif

Letto-Relung Hatiku

ANIMASI

jangan copy paste

Rabu, 04 Juli 2012

Khalil Gibran's Poet's


"...pabila cinta memanggilmu... ikutilah dia walau jalannya berliku-liku... Dan, pabila sayapnya merangkummu... pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu..." (Kahlil Gibran)

"...kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang" (Kahlil Gibran)
"Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)

"Jangan menangis, Kekasihku... Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah... kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan" (Kahlil Gibran)

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..." (Kahlil Gibran)

"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini... pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang" (Kahlil Gibran)
"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)

"
Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., di dalam pikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekecup ciuman" (Kahlil Gibran)

Selasa, 08 Mei 2012

RRSB MMMA Malam

Rembulan malam itu
Ronanya menutupi kelam
Sinarnya merangkak-rangkak
Berkelana melalui lazuardi malam

Melucuti bayang umbra
Merogoh kuas penumbra
Mengakar di kolong langit
Atap Sang Kelana

Senin, 07 Mei 2012

Aneh yang Teraneh

Puisi aneh untuk
orang yang teraneh...
puisi aneh untuk
segala kenangan yang teraneh...

Senyum aneh dengan cahaya aneh
cerita aneh dengan latar aneh
sebuah roman picisan namun tetap aneh...

Segala irama berderap
seluruh melodi merentangkan sayap
hanya untuk sebuah kisah aneh
dari dua orang anak yang aneh...

Berjuta rintihantercipta
ribuan airmata tertumpah ruah di belanga
menyaksikan klimaks cerita
yang begitu aneh namun penuh dera...

Beribu umat berlari gila
menapaki anak tangga aneh...
tak jarang berlari-lari anjing
segala berlaku untuk hal aneh
saat berebut melihat akhir cerita
dua anak aneh menjelma
menjadi kejora yang tak lagi gila
namun tetap aneh tersambar kata....

Kerangka Hidup

Tambak kehidupan yang mulai tak nyata
keheningan malam yang ternyata tinggal kebohongan tak berharga
semak belukar yang kemudian mengering bagai nestapa
dalam hukum Tuhan yg tak terduga

Ketika selaksa peristiwa telukis
dalam widari kehidupan yang berenang keagungan
ketika sejumput peristiwa terbayang
dalam tatakan kelam wajah manusia

Dua sisi mata uang berbeda
kerangka hidup mulai bercerita
dalam kesemampaian kalbu yang kelabu
bertahtakan keabuan yang terus mengetuk asa

Kerangka hidup bukan nestapa
kerangka hidup bukan derita
kerangka hidup bukan sebuah cerita bualan belaka
Tapi kerangka hidup adalah Hukum Tuhan Yang Maha Esa

Jeneponto Butta Kalakbirangku

Jeneponto...
Tanah indah tempat hati ini tertambat
mencurahkan seluruh isi hati
demi merdunya percikan air
yang mengalun di kaki bukitmu
demi sejuk dan semeerbaknya
nafas lembah di tanahmu yang indah

Jeneponto...
bilur-bilur semangatku tercipta
ketika kudengar kata tetuaku
tentang dirimu dan adat kebanggaanmu
A'bulo sibatang accera sitongka-tonga
Assamaturuk..Sikaraengang..Adalah nadi tutur sapamu

Hai..pemuda dan pemudi
tau rungka na tau lolona Jeneponto
mari kita bersatu
mengarungi lautan zaman
yang semakin ingin untuk
menenggelamkan Jeneponto
meski arus zaman menghempas perahumu
tetapi adat tetap dijunjung

Ooo Karaengku...Karaeng Malompoku
kisarea nyawa salewangang..
ati malambusu'..
pikkirang maci'nong..
agar kami tak lagi diselimuti
ketandusan hati, pikiran dan perasaan
agar embun pagi tak lagi enggan menyapa kami
dan kami mampu berteriak dengan bangga
REWAKO JENEPONTOKU...!!!

By: Diah Mahastika and Timung S.Pd

Minggu, 06 Mei 2012

Pelangi Kue



Ketika sang fajar mulai menyapa
Menyapa hati melalui kilau cahayanya
Menyisipkan kisah diantara ribuan mozaik yang lainnya
Meredup bagaikan tau kau begitu menderita

Sejak saat gelap kau terjaga
Dan hatimu terbakar oleh semangat membara
Di ruang kotor, gelap dan berdebu
Tempat bersarang
Para pengabdi abdi-abdi Raja Debu

Tempa itu, tempat memasakmu
Sang fajar telah berubah menjadi matahari
Berdiri ia pada titik kesombongan tertingginya
Pun bosan dengan teriakanmu
Yang bersemangat namun hampa

Kala kau tengadahkan tanganmu
Meminta agar asamu didengar
Oleh Allah dan terkabul menjadi
Secercah harapan yang tak lagi hampa

Menangislah semesta
Ketika mendengar rintihanmu lewat doa
Ketika merasakan desiran darahmu
Ketika kau tumpahkan kesedihanmu
Mengadu pada Tuhanmu yang tak pernah meninggalkanmu

Tersentuhlah jagat raya
Ketika kau berteriak hingga parau
Serak hingga tekakmu bocor

Ibu penjual kue...
Tenggaklah kepedihanmu di dunia
Namun yakinilah
Kebahagiaan terindah menantimu di surga.



Bukan Sekedar Nama



Bukan sekedar nama
Kau rengkuh hatiku degan kasih
Kau jamah otakku dengan cinta
Kau rengkuh asaku dengan senyummu

     Tak berarti sebuah nama
     Jika rentetan ilmu tak melingkar di otakku
     Jika para punggawa mimpi tak menyentuhku
     Jika kerlap daya meninggalkanku

Katamu, kecap impi yang terindah
Ujarmu, kecup asa yang terhangat
Ucapmu, peluk ilmu yang tererat

Bukan untuk mencari nama
Ketika jarimu gemeretak untukku
Matamu mengurat merah karenaku
Dan dahimu berkerut ketika
Kutinggalkan perahu layarku

Bukan untuk sekedar nama
Kau tanggalkan percikan keringat di pundakmu
Bukan untuk sekedar nama
Kau kukuhkan pundah itu untuk menopang kami
Yang sedang berenang air mata
Mengisap segala kepedihan hati kami

     Bagiku kau selamanya
Karena kau tak sekedar mencari nama
Terima kasih guru-guruku...